Laman

1

Sabtu, 12 Februari 2011

sejarah sekolah

Sejarah sekolah yang membawa kita ke sistem pendidikan seperti yang sekarang kita jalani dapat dilacak kembali ditahun 1837. Pada tahun itu seorang pria bernama Horace Mann diangkat menjadi Commisioner of Education (semacam menteri pendidikan) di Amerika.

Horace Mann mempunyai latar belakang sebagai seorang pengacara. Ia tidak mempunyai anak sampai usia yang tua, dan ia sama sekali tidak memiliki pengalaman tentang cara mendidik anak. Ia juga tidak memiliku konsep pemikiran yang benar mengenai bagaimana seharusnya sekolah melakukan tugasnya dalam hal mengajar dan mendidik anak.


Keberadaan sekolah dengan metode pengajaran yang ada saat itu membuat ia sangat marah dan kecewa. Hal ini disebabkan cara pengajaran yang berlaku saat itu. Dimasa itu setiap murid, yang umumnya adalah anak laki-laki, hanya diajar dengan cara meminta mereka melafalkan pelajarannya. Setelah itu murid akan diminta untuk maju kedepan kelas dan melafalkan apa yang telah dilafalkan sebelumnya. Bila murid bisa melakukannya, maka ia dianggap telah berhasil mempelajari materi pelajaran yang telah diberikan.


Horace Mann, sebagai seorang pengacara yang tulus, ulet dan tangguh segera menyadari bahwa kondisi ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Ia segera melakukan perjalanan ke Eropa untuk menemukan suatu metode pengajaran yang dapat meningkatkan mutu pendidikan bagi rakyatnya. Di Eropa inilah mungkin ia bertemu dengan sistem pendidikan Prusia yang ia harapkan dapat menjawab apa yang ia cari.


Sistem Prusia, Sistem yang digunakan di Militer


Kalau kita mau sedikit jeli melacak asal usul kata kindergarten (taman kanak-kanak), maka kata ini sebenarnya bukan murni dari Bahasa Inggris. Kata kindergarten sebenarnya berasal dari Bahasa Prusia.


Sistem sekolah Prusia sebenarnya digunakan untuk mendidik tentara. Karena sistem ini berdasarkan disiplin militer, tentu saja cara pendekatannya sangat berbeda dengan cara mendidik anak dilingkungan rumah. Dan karena tujuannya untuk menghasilkan tentara, maka sistem ini sudah dirancang sedemikian rupa untuk menggagalkan paling tidak 70 persen dari siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah ini. Mengapa demikian?


Bisa anda bayangkan bila ternyata ada seribu orang yang mengikuti pendidikan ini. Pada saat tamat sekolah tentu tidak mungkin 1000 orang ini akan jadi jenderal semua. Kalau semua jadi perwira tinggi atau menengah semua, lalu siapa yang akan bertempur dimedan perang? Tentu saja dibutuhkan tentara-tentara dengan pangkat rendah. Oleh karena itu, sistem sekolah ini dirancang untuk memberikan tes atau ujian. Mereka yang tidak berhasil mengerjakan tes tentu saja akan sulit untuk naik ke level yang lebih tinggi. Jadi, sistem ini memang dari awal sudah dirancang untuk menyaring atau menggagalkan muridnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar